Senin, 12 Mei 2008

BANDUNG UNDERGROUND

Di Bandung sekitar awal 1994 terdapat studio musik legendaris yang menjadi

cikal bakal scene rock underground di sana. Namanya Studio Reverse yang terletak di daerah Sukasenang. Pembentukan studio ini digagas oleh Richard Mutter (saat itu drummer PAS) dan Helvi. Ketika semakin berkembang Reverse lantas melebarkan sayap bisnisnya dengan
membuka distro (akronim dari distribution) yang menjual CD, kaset, poster, t-shirt, serta berbagai aksesoris import lainnya. Selain distro, Richard juga sempat membentuk label independen 40.1.24 yang rilisan pertamanya di tahun 1997 adalah kompilasi CD yang bertitel “Masaindahbangetsekalipisan.” Band-band indie yang ikut serta di kompilasi ini antara lain adalah Burger Kill, Puppen, Papi, Rotten To The Core, Full of Hate dan Waiting Room, sebagai satu- satunya band asal Jakarta.

Band-band yang sempat dibesarkan oleh komunitas Reverse ini antara lain PAS dan Puppen. PAS sendiri di tahun 1993 menorehkan sejarah sebagai band Indonesia yang pertama kali merilis album secara independen. Mini album mereka yang bertitel “Four Through The S.A.P” ludes terjual 5000 kaset dalam waktu yang cukup singkat. Mastermind yang melahirkan ide merilis album PAS secara independen tersebut adalah (alm) Samuel Marudut. Ia adalah Music Director Radio GMR, sebuah stasiun radio rock pertama di Indonesia yang kerap memutar demo-demo rekaman band-band rock amatir asal Bandung, Jakarta dan sekitarnya. Tragisnya, di awal 1995 Marudut ditemukan tewas tak bernyawa di kediaman Krisna Sucker Head di Jakarta. Yang mengejutkan, kematiannya ini, menurut Krisna, diiringi lagu The End dari album Best of The Doors yang diputarnya pada tape di kamar Krisna. Sementara itu Puppen yang dibentuk pada tahun 1992 adalah salah satu pionir hardcore lokal yang hingga akhir hayatnya di tahun 2002 sempat merilis tiga album yaitu, Not A Pup E.P. (1995), MK II (1998) dan Puppen s/t (2000). Kemudian menyusul Pure Saturday dengan albumnya yang self-titled. Album ini kemudian dibantu promosinya oleh Majalah Hai. Kubik juga mengalami hal yang sama, dengan cara bonus kaset 3 lagu sebelum rilis albumnya.

Agak ke timur, masih di Bandung juga, kita akan menemukan sebuah komunitas yang menjadi episentrum underground metal di sana, komunitas Ujung Berung. Dulunya di daerah ini sempat berdiri Studio Palapa yang banyak berjasa membesarkan band-band underground cadas macam Jasad, Forgotten, Sacrilegious, Sonic Torment, Morbus Corpse, Tympanic Membrane, Infamy, Burger Kill dan sebagainya. Di sinilah kemudian pada awal 1995 terbit fanzine musik pertama di Indonesia yang bernama Revograms Zine. Editornya Dinan, adalah vokalis band Sonic Torment yang memiliki single unik berjudul “Golok Berbicara”. Revograms Zine tercatat sempat tiga kali terbit dan kesemua materi isinya membahas band-band metal/hardcore lokal maupun internasional.

Kemudian taklama kemudian fanzine indie seperti Swirl, Tigabelas, Membakar Batas dan yang lainnya ikut meramaikan media indie. Ripple dan Trolley muncul sebagai majalah yang membahas kecenderungan subkultur Bandung dan jug lifestylenya. Trolley bangkrut tahun 2002, sementara Ripple berubah dari pocket magazine ke format majalah standar. Sementara fanzine yang umumnya fotokopian hingga kini masih terus eksis. Serunya di Bandung tak hanya musik ekstrim yang maju tapi juga scene indie popnya. Sejak Pure Saturday muncul, berbagai band indie pop atau alternatif, seperti Cherry Bombshell, Sieve, Nasi Putih hingga yang terkini seperti The Milo, Mocca, Homogenic. Begitu pula scene ska yang sebenarnya sudah ada jauh sebelum trend ska besar. Band seperti Noin Bullet dan Agent Skins sudah lama mengusung genre musik ini.

Siapapun yang pernah menyaksikan konser rock underground di Bandung pasti takkan melupakan GOR Saparua yang terkenal hingga ke berbagai pelosok tanah air. Bagi band-band indie, venue ini laksana gedung keramat yang penuh daya magis. Band luar Bandung manapun kalau belum di `baptis’ di sini belum afdhal rasanya. Artefak subkultur bawah tanah Bandung paling legendaris ini adalah saksi bisu digelarnya beberapa rock show fenomenal seperti Hullabaloo, Bandung Berisik hingga Bandung Underground. Jumlah penonton setiap acara-acara di atas tergolong spektakuler, antara 5000 – 7000 penonton! Tiket masuknya saja sampai diperjualbelikan dengan harga fantastis segala oleh para calo. Mungkin ini merupakan rekor tersendiri yang belum terpecahkan hingga saat ini di Indonesia untuk ukuran rock show underground.

Sempat dijuluki sebagai barometer rock underground di Indonesia, Bandung memang merupakan kota yang menawarkan sejuta gagasan-gagasan cerdas bagi kemajuan scene nasional. Booming distro yang melanda seluruh Indonesia saat ini juga dipelopori oleh kota ini. Keberhasilan menjual album indie hingga puluhan ribu keping yang dialami band Mocca juga berawal dari kota ini. Bahkan Burger Kill, band hardcore Indonesia yang pertama kali teken kontrak dengan major label, Sony Music Indonesia, juga dibesarkan di kota ini. Belum lagi majalah Trolley (RIP) dan Ripple yang seakan menjadi reinkarnasi Aktuil di jaman sekarang, tetap loyal memberikan porsi terbesar liputannya bagi band-band indie lokal keren macam Koil, Kubik, Balcony, The Bahamas, Blind To See, Rocket Rockers, The Milo, Teenage Death Star, Komunal hingga The S.I.G.I.T. Coba cek webzine Bandung, seperti Bandung magazine tentu saja (www.bandungmagazine.com) Death Rock Star (www.deathrockstar.tk) untuk membuktikannya. Asli, kota yang satu ini memang nggak ada matinya!

BELAJAR ILMU SOSIAL

Tiga tahun mengajar ilmu sosial di tingkat dasar, lanjutan pertama, hingga lanjutan atas pertanyaan yang selalu tertuju kepada saya dari murid-murid adalah : “apakah ilmu sosial itu dan mengapa saya harus belajar ilmu sosial?” Saya dibuat terdiam, speechless, dan tak bisa menjawab pertanyaan itu di awal-awal masa mengajar saya. Saya rasa, mungkin saya sendiri belum tahu apa sebenarnya ilmu sosial dan mengapa saya mempelajarinya. Itulah pekerjaan rumah pertama saya ketika pertama kali mengajar secara profesional. Pekerjaan rumah yang lama sekali saya kerjakan, hingga kini dari jawaban utuh yang saya bayangkan, mungkin hanya potongan kecil yang sudah berhasil saya rangkaikan.

Saya masih juga belum bisa menjawab pertanyaan mengapa murid-murid saya harus belajar ilmu sosial selain jawaban klasik : “karena manusia, selain mahluk yang bersifat hablum minallah, juga bersifat hablum minannas, mahluk sosial yang diciptakan Allah SWT untuk selalu membutuhkan orang-orang yang lain. Bentuk hubungan itulah yang akan kita pelajari dalam ilmu sosial….” Namun, dalam rentang waktu tiga tahun saya perlahan belajar dari kawan-kawan sesama pengajar, juga dari murid-murid saya.

Ada
beberapa hal penting yang bisa dilakukan untuk membuat murid-murid saya, begitu mencintai pelajaran ilmu sosial.

Beberapa hal penting tersebut adalah memberikan pemahaman materi pengajaran yang aplikatif dalam kehidupan sehari-hari sesuai kurikulum yang ditetapkan, membuka jaringan dengan komunitas-komunitas budaya, lingkung-lingkung seni, ruang-ruang inisiatif, dan media massa untuk membuka wawasan bergaul yang kreatif bagi siswa, melatih keahlian siswa, terutama di bidang teknologi, serta membangun keberanian berpendapat dan keahlian menulis melalui praktek pembuatan media ekspresi siswa.

Pemahaman materi pengajaran yang aplikatif dalam kehidupan sehari-hari sesuai kurikulum mutlak diperlukan. Ini adalah salah satu upaya awal mendekatkan siswa dengan lingkungan sehingga kepekaan sosial mereka perlahan terbentuk. Untuk itu, guru harus peka dengan kondisi lingkungan di mana sekolah berada, juga peka dengan potensi setiap siswa yang ia tangani. Kepekaan guru ini akan menjembatani kebutuhan lingkungan dengan penyaluran potensi siswa dalam koridor kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pengajaran yang aplikatif juga akan mempermudah siswa dalam belajar. Mereka terlibat secara langsung sehingga mendapatkan kesan mendalam dalam diri mereka, juga lebih mengerti mengapa mereka harus mempelajari sebuah obyek studi dalam ilmu sosial. Pembuatan organisasi siswa di kelas yang mengelola sebuah rumah-dhuafa dari hasil shadaqah yang lalu disumbangkan adalah salah satu contohnya.

Hal kedua yang patut diperhatikan adalah membuka jaringan dengan komunitas-komunitas budaya, lingkung-lingkung seni, ruang-ruang inisiatif, dan media

massa
untuk membuka wawasan bergaul yang kreatif bagi siswa.

Bandung
sebagai pusat industri kreatif di

Indonesia
, bahkan di

Asia
, memiliki ratusan komunitas kreatif yang terbuka bagi siapapun untuk belajar mengembangkan potensi diri. Kondisi ini perlu diperkenalkan kepada siswa semenjak dini sehingga siswa mengetahui bahwa di sekitar mereka begitu banyak ruang yang baik untuk mengembangkan diri dan berbaur bersama kawan-kawan menurut minat dan bakat mereka. Menjalin hubungan dengan komunitas kreatif juga akan memperkaya wawasan guru dan pada gilirannya akan mempermudah prigram-program pendidikan yang dibuat oleh sekolah.

Hal yang tak kalah penting adalah melatih keahlian siswa di bidang teknologi. Tak dapat dipungkiri, teknologi adalah bagian dari dinamika sosial yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan siswa, juga dalam belajar. Bahkan melalui teknologi, bisa jadi mereka akan lebih senang untuk mempelajari ilmu-ilmu sosial. Pembuatan film dengan tema sosial yang dibuat dan dibintangi mereka sendiri akan membuat mereka semakin semangat belajar. Atau praktek pendokumentasian melalui teknologi foto adalah contoh yang lainnya.

Pendidikan sosial yang baik juga tidak dapat dilepaskan dari upaya membangun keberanian mengemukakan pendapat dan keahlian menulis. Keberanian dalam mengemukakan pendapat adalah hal mendasar dalam belajar. Dengan berani maka siswa akan mengeksplorasi lingkungan,obyek pengajaran, dan juga potensi dirinya sendiri secara total. Hal mendasar yang bisa dimulai adalahberani mengemukakan pendapat mereka, baik secara lisan maupun tulisan. Tentu saja keberanian tersebut harus diiringi juga dengan tanggung jawab, dalam arti jika mereka berpendapat maka harus dalam koridor yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu contoh media ekspresi yang dapat dilakukan misalnya melalui praktek pembuatan media ekspresi siswa semacam majalah dinding.

Hal-hal itulah yang kemudian saya laukan di kelas bersama murid-murid saya. Tidak selalu semua hal tersebut saya lakukan sempurna, tapi kami meluangkan banyak sekali waktu bersama dan itu sangat menyenangkan. Saya sangat menghargai waktu yang mereka berikan untuk saya, begitupun saya yakin mereka begitu meghargai waktu yang telah kami luangkan bersama untuk belajar, berbincang, membuat sesuatu bersama-sama.

Pernah saya dan murid-murid membuat sebuah proyek pendokumentasian sejarah

Bandung
melalui foto dan film dokumenter. Selama satu bulan kami turun ke lapangan untuk riset dan pengamatan. Saking aksyiknya murid-murid saya mengerjakan proyek ini, salah seorang murid, namanya

Edo
, datang kepada saya secara pribadi dan berkata : “Pak, saya jadi suka sejarah dengan mengerjakan proyek ini…” Proyek kami selesai, dipublikasikan secara luas, dan mendapat tanggapan positif dari berbagai pihak di luar sekolah. Film kami bahkan sempat diputar di sebuah event khusus

Bandung
yang digelar di sebuah pusat perbelanjaan dan diapresiasi oleh orang banyak. Sangat membanggakan bagi saya. Namun yang selalu membanggakan bagi saya, dan selalu saya rindukan sampai sekarang adalah ucapan polos

Edo

Avenged Sevenfold

Avenged Sevenfold atau lebih dikenal sebagai A7X atau Sevenfold, didirikan oleh Zacky Vengeance (gitar) dan M. Shadows (vokal), ketika mereka masih SMA di Orange County. Kemudian mereka mengajak The Reverend Tholomew Plague (drum), dan mereka merilis demo pada tahun 1999

Perilisan demo awal pada tahun 1999, sehingga ditetapkan sebagai tahun lahirnya Avenged Sevenfold. Pada tahun 2002 mereka kembali merilis Sounding The Seventh Trumpet yang sebelumnya pernah dirilis pada tahun 2001, dimulai dengan Masuknya Synyster Gates (gitar) pada trek prtama pada album Sounding the Sevent Trumpet.

Lalu mereka menjalin kerjasama dengan Hopeless Records, dan merilis Waking the Fallen, dengan mengeluarkan hits Mainstream, Unholy Confessions. Album ini mendapat dukungan yang tinggi dari Rolling Stones Magazine.
Daftar isi
[tampilkan]

* 1 City of Evil (Jalan Menuju Mainstream)
* 2 Diskografi
* 3 Anggota saat ini
* 4 Ciri khas
* 5 Mantan Anggota
* 6 Pranala luar

[sunting] City of Evil (Jalan Menuju Mainstream)

Tahun 2005 , Amerika Serikat tengah jenuh dengan musik hip-hop dan pop yang merajalela , lalu Avenged Sevenfold merilis album mereka City of Evil dengan hits single Bat Country yg merupakan lagu metal/rock prtama yg merajai MTV TRL . mereka mempopulerkan kembali solo gitar dengan duet gitaris Synster Gates dan Zacky Vengeance yg benar-benar memanaskan area moshpit. Album tersebut mendapat sertifikasi gold dan memenangkan predikat Best New Artist in a Video di MTV VMA 2006 untuk lagu Bat Country.

Tahun 2007 , mereka kembali masuk studio untuk merekam lagu terbaru mereka untuk studio album ke-5 mereka. Awal Agustus 2007 , mereka menjalani tur Asia Pasifik mereka , dan sempat mampir di Indonesia dan memainkan lagu mereka pertama kali didepan publik , lagu yang berjudul Almost Easy tersebut mendapat sambutan hangat dari penggemar di seluruh dunia.

2008 ini .. mereka akan berpartisipasi sebagai headliners di taste of chaos , tur tahunan / warped tour musim dingin . mereka akan bermain bersama dengan bullet for my valentine , atreyu , dan blessthefall ,